Dilema Programmer Hati Traveller

Hai semua… kalau dilihat dari judulnya agak galau-galau gimana…, tapi tenang, di tulisan ini kita gak bakal galau-galauan kok, kita akan coba sedikit mengupas travelling dari sisi programer/developer/geek/nerd atau apalah namanya… hehehe 😀

Terlepas dari pengertian traveller/bacpacker, yang intinya suka jalan-jalan, bisa ditebak masalah pertama yang muncul adalah biaya perjalanan *udah jelas woy. 😀

Tapi sebenarnya bukan hanya itu, permasalahan klasik yang ada saat ini yaitu dimana waktu dan tuntunan pekerjaan yang tidak pernah seimbang dengan waktu liburan. Bayangkan dengan mengharapkan melakukan traveling di weekend saja sepertinya tidak akan cukup, ya mungkin aja di cukup-cukupin untuk melakukan one trip travel. Tapi yang pasti destinasinya tidak akan bisa jauh-jauh dari tempat kerja saat ini, apa lagi kalau tuntutan pekerjaannya sebagai programmer..* tidur aja kalee…

mom-said-go-play-outside-memeAlhasil di akhir minggu bagi kebanyakan programmer hanya digunakan untuk bermalas-malasan (*nunjuk muka). Bagi seorang programmer yang kesehariannya tidak bisa jauh-jauh dari komputer dan internet, tentunya membutuhkan hardware dan akses internet yang tinggi untuk bisa tetap bekerja. Nah, dalam dunia travelling inilah masalah utamanya, tidak semua tempat menyediakan fasilitas tersebut. Sehingga, pertanyaan utamanya adalah….,

Apakah harus setiap manusia melakukan perjalanan ?

Padahal jika di pikir secara logika, sebuah perjalanan itu menghabiskan waktu dan tempat yang tidak kita ketahui, dikelilingi orang asing, dan belum lagi sulitnya berkomunikasi. Travelling adalah dimana menghabiskan biaya 2 kali lebih banyak dari sebelumnya, karena nantinya harus kembali lagi ke rumah.

Tak bisa di pungkiri, saat ini semua orang terikat di zona ini:

Time, Money, Energy

Bagi sebagaian orang, menjadi programmer yang rutinitasnya jarang keluar dan sedikit bergerak, mungkin menjadi privasi tersendiri atau bahkan visi mereka. Tapi apakah yakin ?

Dunia gak hanya seluas meja komputer loh..

01-workspace

Disini lah dilema itu muncul, antara memenuhi kebutuhan finansial sebagai programmer atau hobi jalan-jalan. Yang saya lihat, di indonesia masih sangat jarang sistem kerja remote, yang intinya tidak perlu ngantor. Sepertinya masih banyak ke khawatiran apakah karyawannya tetap produktif walaupun tidak harus dikantor. Uuh, andaikan pintu kemana saja doraemon itu ada, mungkin pulang kuliah/kerja bisa langsung nyebur di raja ampat ..hehehe 😀

Pintu Kemana Saja
Ah sudahlah, itu hanya angan-angan belaka. Ayoo bangun.., oya sambil puter lagu dibawah ini ya, baru dilanjutin bacanya.

 

Jadi, mengapa travelling itu penting ?

1. Mumpung Masih Muda
Traveller
Ketika raga ini masih mampu untuk menyelam, melompat, dan mendaki kenapa tidak dilakukan? Toh kalau sudah tua nanti, hal-hal ini bakal sulit untuk dilakukan, bahkan sedikit kemungkinan.

 

2. Mengajarkan Cara Kita Untuk Menikmati Hidup Dengan Berpetualang

http://catperku.com/sehari-menjadi-petualang-di-gua-jomblang/

Hidup adalah petualangan, take the time, take the risk. Tau kah Anda tentang teori relativitas waktu ? Nah, dengan travelling kita telah menerapkannya :D. Dengan terus bergerak, kita sehat, kita hidup, kita lebih muda.

 

3. Membuka Mata

http://lostpacker.com/kembara-nusa-tenggara/

Cerita dari kembara tentang ibu pertiwi ini akan membuka mata mu tentang arti sebenarnya sebuah perjalanan. Rasa syukur ini tidak akan pernah berhenti untukmu ibu pertiwi.

 

4. Memperkenalkan Kita Dengan Banyak Suku Dan Budaya

tari-piring-anak-nagari
tari-piring-anak-nagari

Jangan jauh jauh untuk melihat atau bahkan budaya barat, budaya Indonesia saja kita tidak pernah tau banyak. Akankah menunggu orang “luar” untuk memperkenalkan sendiri kepada kita tentang betapa kayanya kita.

 

5. Lebih Peduli Sekitar

http://www.duaransel.com/asia/india/manusia/
http://www.duaransel.com/asia/india/manusia/

Hal sekecil apapun itu berarti. Ikut bergerak membantu sesama adalah tindakan nyata selama melakukan perjalanan, walaupun tidak banyak tapi itu sangat berharga.

 

6. Sejarah Indah Ini, Petualangan Keren ini, Adalah Cerita Berharga Kelak
Megan_582

Sudah siap kah kita untuk cerita-cerita perjalanan yang nantinya akan kita ceritakan kelak ?

Sedikit berbagi cerita tentang pembicaraan singkat dengan para traveller yang background-nya dulu seorang programmer. Pertama di mulai dari Kak Fahmi dari Travel Blogging Catperku:

Dengan background yang dulunya seorang programmer, sekarang kak fahmi hanya fokus ke dunia travel blogger juga fokus ke skill lain.

Kedua dari Kak Ryan, yang masih seorang programmer tapi tetap menekuni hobi travellingnya, dari DuaRansel. Kak Ryan berbagi tips buat programmer yang senang traveller:

Jadi pilih fokus ke satu bidang atau tetap menjadi programmer yang punya waktu buat travelling, itu tergantung kita. Tapi ketahuilah, sejauh mana kaki ini melangkah kelak adalah sejarah indah yang sulit untuk dilupakan.

inspirational-travel-quotesJadi tentukan sekarang, karena manusia itu suka mengulur-ulur waktu

  • Saat masih muda : “ah nanti saja jalan-jalannya kalau udah punya penghasilan tetap”.
  • Saat sudah kerja: “ah nanti saja jalan-jalannya saat semua perkerjaan beres.”
  • Hingga akhirnya saat sudah tua: “jalan-jalanya sepertinya tidak mungkin lagi, sudah tidak kuat, uangnya untuk anak cucu saja.”

 

The trouble is, you think you have time. – Buddha

17 thoughts on “Dilema Programmer Hati Traveller

  1. Jadi programmer atau software engineer malah membuka lebar kesempatan buat traveling loh, kan bisa dikerjain dari mana saja asal ada laptop sama koneksi internet. Asal asah skill terus aja 😀 terus sekarang masih break aja sih, meski kerjaan sekarang jadi travel blogger, hati masih software engineer. Nanti pasti balik coding lagi 😀 Semangat!

    Like

  2. suka sama kutipan yang ini….

    Saat masih muda : “ah nanti saja jalan-jalannya kalau udah punya penghasilan tetap”.
    Saat sudah kerja: “ah nanti saja jalan-jalannya saat semua perkerjaan beres.”
    Hingga akhirnya saat sudah tua: “jalan-jalanya sepertinya tidak mungkin lagi, sudah tidak kuat, uangnya untuk anak cucu saja.”

    Like

  3. walaupun saya bukan programmer, tapi tulisan dilema programmer hari traveller ini sungguh bagus dari sisi user yang suka kasih program spesification untuk dicoding sama programmer. hehe.

    Like

  4. Hai kak, wah artikelnya aku banget nih kebetulan jurusanku berhubungan dg source code dan bahasa” pemrograman gitu hehe…
    Kalo aku dibikin santai aja,emang belum kerja sih masih TA tapi jadi travel blogger sekaligus programmer bisa jadi dua hal yang mengasyikkan,bisa bikin apps yg berhubungan dg hobi (traveling) jadi hal yang bikin semangaat antara programmer dan travel blogger 😀

    Kalo lagi bosen ngoding aku main-main ke blognya orang, nulis buat ngisi blog,dll. Kalo bosen ngeblog dan nulis (jarang bosennya sih :p) pelariannya ke eclipse netbeans dll soalnya mesti ngerjain TA juga sih haha

    Ini pendapat dari kacamata mahasiswa yang belum ngerasain kerasnya kehidupan kerja dan beberapa bulan lagi Insya Allah bakal ngerasain itu hihi

    Oh iya kalo ada waktu mampir-mampir di http://imalavins.blogspot.com/ ya 😀

    Like

Good People write good comments ..